Dia tinggi, kulitnya sawo matang terbakar matahari. pakai kacamata, terlihat dewasa. gayanya cool ala pemeran utama di komik/anime. makanya gue jadi suka sama dia. walau dewasa kadang dia ke kanak-kanakan. kalo kemauannya nggak di turutin dia suka ngambek. anak kecil banget deh pokoknya. dia Kuliah di Poltekkes Jakarta berapa gitu gue lupa, jurusan elektromedik. tatapannya serem dan tegas. sangar, tapi lembut. entahlah, nggak bisa gue deskripsiin.
awalnya gue takut sama dia. sumpah dah, setiap ketemu dia gue pasti ngumpet dibelakang kakak gue yang ikut japan club juga. gue nggak pernah berani natap dia lebih dari 3 detik. sampe ada insiden japan club nggak boleh pake kelas dan kita ngungsi di kantin. waktu itu bedebah banget kakak gue lagi nggak ada, dan dia duduk di samping gue, dalem hati gue pikir bentar lagi gue mati nih -_-
dan saat itu anak-anak senior japan club ternyata lagi bahas mantannya dia. waktu itu dia ketawa-ketawa, tapi nada bicara, tatapan serta aura nya mendadak jadi lembut. gue berani natap dia lebih dari 3 detik dari kejadian itu.
senyumnya itu khas. khas banget, matanya yang ikut melengkung pas dia senyum, dan aura sekitarnya yang jadi sejuk. dia bukan tipe yang murah senyum. makanya sekali nya senyum bikin deg-degan. dia sama kayak gue, suka anime dan komik, hidup semerdekanya nggak ada aturan. makanya obrolan kita jadi lebih sering nyambung dan asik.
dia anak terakhir dari 3 bersaudara. mungkin karna anak terakhir makanya dia kadang suka ke kanak-kanakan. gue cukup nyaman sama dia. dia jarang bilang "sayang" ke gue. tapi entah gimana prilaku nya bikin gue yakin kalo dia sayang sama gue.
berkat dia rasa sedih tentang Akuba dan Yacchan hilang dan lenyap begitu aja. gue bersyukur kenal dia. walau endingnya nggak bagus juga sih :')
setiap habis ketemu akuba dan yacchan, gue bisa ngalihin kesedihan gue dengan ngomongin kakak JC ini... makanya, gue berterimakasih bgt sama dia :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar